
Dika (35), pria asal Yogyakarta, dulunya hanyalah sosok yang sering dipandang miring oleh lingkungan sekitarnya. Pernah terlibat kasus penipuan online saat usia mudanya, Dika sempat mendekam di balik jeruji besi selama tiga tahun. Keluar dari penjara, ia sadar satu hal: hidup harus diubah.
“Cap ‘mantan napi’ itu berat banget. Saya lamar kerja ke mana-mana, selalu mentok di bagian riwayat hidup,” kenangnya.
Tak menyerah, Dika mulai belajar dunia digital secara otodidak. Dari YouTube dan forum komunitas, ia mengenal berbagai peluang daring—termasuk permainan berbasis hiburan virtual yang memungkinkan pengguna mendapatkan keuntungan dengan strategi yang tepat dan pemahaman risiko yang matang.
Awalnya ia hanya coba-coba. Bermain secara santai, mempelajari pola, dan mengatur manajemen dana. Tak disangka, keuntungan kecil-kecilan itu mulai rutin datang. Alih-alih menghamburkannya, Dika justru menabung.
“Saya tahu ini bukan jalan instan, jadi saya disiplin. Target saya satu: buka toko kelontong,” ujar Dika.
Tiga tahun berlalu. Kini ia telah berhasil membuka Toko Harapan Baru, sebuah warung serba ada di dekat pasar tradisional. Ia bahkan mempekerjakan dua orang tetangganya yang dulunya juga kesulitan mendapat pekerjaan.
Dika tidak ingin orang lain menirunya secara mentah. Ia justru menekankan pentingnya literasi keuangan dan pemahaman risiko, serta jangan menggantungkan masa depan pada keberuntungan saja.
“Saya bukan menang karena hoki. Saya menang karena belajar, sabar, dan tahu batas. Intinya, gunakan akal sehat.”
Kini Dika juga aktif membagikan kisahnya melalui media sosial, memberi motivasi bagi mereka yang ingin bangkit dari masa lalu. Ia percaya bahwa semua orang punya kesempatan kedua—asal mau belajar, berubah, dan bertanggung jawab.